Minggu, Juli 04, 2010

Accident At Journey To The West

Benar-benar bete melakukan perjelanan kereta waktu itu. Sudah penuh sesak harus menghirup asap rokok. makin pengap saja. Memang udara di luar begitu terasa lebih dingin dari biasanya. Hingga tiga orang bapak yang duduk bersama dengan ku terus menghisap rokok.

Hingga tiba di stasiun Sidareja, naiklah beberapa rombongan orang. Salah satunya adalah seorang ibu, yang membawa dua orang perempuan untuk diajak kerja di bekasi. Seorang diantaranya masih cukup muda, paling usinya sekitar 22 tahunan.
"Mbok ya, wong lanang podho ngalah, ben sing wadon podho njagong.."
Kami berempat hanya diam dan cuek. Sekonyong-konyong si Ibu menyela duduk di bangku ku.

Aneh, Sang Ibu memperkenalkan bahwa perempuan muda itu sebagai anaknya. Namun selama mengobrol, justru jauh dari kenyataan. Bapak di depan ku yang telah membuktikannya. Sekali lagi bukan anaknya. Suasana masih sama, pengap dan penuh asap rokok. Aku batuk makin menjadi.
"Makanya mas, laen kali ga usah ke jakarta kalo lagi sakit!" celetuk si ibu.
"Ya biarin Bu lah.." cuek ku.
"Saya ada obatnya mas, mau ga?"
"ga usah lah Bu.."
"Kalo liburan ga usah jauh-jauh, cuma bikin sesak kereta ajah!"
"Sapa juga yang mau liburan?"
"Mas nya ngerokok ga?"
"Ga lah.."

Dalam hati aku menduga-duga. Kenapa si Ibu tanya rokok, ini pasti ibu itu yang merokok. Benar saja, empat orang merokok di sekitarku. triga orang bapak-bapak dan seorang ibu. Sepanjang perjalanan, si Ibu begitu sok akrab dengan para lelaki itu. Ngobrol, ngalor ngidul.

Aku makin mengutuk. Dasar ibu-ibu aneh, nyebelin banget sich, udah nyela duduk, ngerokok lagi. Bodo amat ntar klo kenapa-kenapa.

Hingga malam terus menjelang. Dan sampailah di sekitar stasiun Raja Polah. Kebetulan saja, jendela kaca bagian atas sudah tidak bertutup. "PRRAAAKKK!!"dari kereta yang baru saja melintas dari arah berlawanan melempar batu-batu kerikil. Aku yang sadar akan hal itu, segera membungkuk dan menutupkan jaket ke badan dan kepala.

Alhasil, sang ibu perokok terkena pecahan kerikil itu. Kacamata pun pecah, dan pecahannya merobek pada bagian hidungnya. Sang ibu berteriak dan perih. "Aduh.. aduh hidungku koq berdarah??"

"Astaghfirrullohal'adzim..." hati ku terus beristighfar menyesali akan kutukan ku pada ibu itu. Sang ibu berteriak minta tolong. Dan memang dari tempat duduk kami itu, yang sadar akan adanya saweran kerikil cuma aku saja. tiga orang bapak itu baru kaget setelah melihat ibu itu berdarah.

Sial, jaket dan celana ku kena banyak percik darah. Ibu itu sedikit trauma, namun tak begitu panik. Disuruhnya aku mengambil obat dan tisu di dalam tasnya. Obat yang dimaksud adalah propolis gold. Hah?? kemudian segera ku teteskan pada luka di hidung ibu itu. Dan meneteskan sepuluh tetes dalam air hangat untuk di minum sang ibu.

Sementara ku lihat, si gadis muda tadi begitu ketakutan. Seperti hendak lari menjauh. Mungkin takut disangkut pautkan dengan insiden ini. Lah?? piye tho?

Hingga pada stasiun berikutnya, si ibu beserta dua perempuan yang dibawanya disuruh untuk turun sekedar dioobati dan hendak dimintai keterangan oleh polisi. Namun si gadis begitu ketakutan. Dan tak mau turun bersama si ibu. ia lebih memeilih bersembunyi dan hendak turun di bandung saja daripada di stasiun berikut bersama ibu itu. Aneh.

Setelah ibu dan seorang perempuan bawaannya itu turun. Tiga bapak yang bersamaku, berasa begitu lega, akhirnya ibu yang sok akrab dan sok tau akhirnya turun juga. Sementara si gadis yang tak mau ikut turun menjadi bahan gunjingan orang satu gerbong.
Aku hanya berkata kepada orang-orang, "sudah.. kasihan tuh anak trauma, jadi biarkan jangan dicemooh lagi..."
"Lah gimana sich... lha wong berangkat bareng ibu itu koq ga mau turun juga..."
"Sudah... sudah..."

Nasib berkata lain, karena stasiun berikut adalah stasiun yang tergolong kecil. Tentu fasilitas kesehatan begitu kurang. Terlebih sudah begitu larut, sulit untuk menemukan dokter praktek jam segitu. Akhirnya sang ibu kembali ketempat duduk kami. Mungkin hati bapak-bapak itu berkata "yawh koq balik lagi.."

Hingga sampai bandung baru lah tiga orang perempuan tadi diturunkan. Juga beserta seorang lagi di gerbong belakang yang juga terkena saweran kerikil. Kepalanya bocor, begitu kata orang-orang.

Puas dech, semaleman tidak tidur sampai bekasi menjelang subuh. Ku naiki angkot menuju rumah paman. Sampai disana, jaket dan celana langsung ku rendam. Usai sembahyang subuh aku puas-puaskan untuk tidur. bangun jam sepuluh pagi terus pergi nyuci. wkwkwk...

@kereta 'serayu' 01072010