Rabu, Januari 26, 2011

CERUTU #2 Halte Hujan

CERUTU -Cerita Ruang Tunggu- #2

Halte Hujan

Salah satu ruang tunggu dengan kelengangan yang semakin menyempit, halte. Berapa banyak sich yang ada di kota sekecil Purwokerto ini. Masih berhitung jari tangan. Bahkan beberapa diantaranya sudah salah pemakaian. Tak lagi menjadi tempat menunggu angkot atau angkutan umum yang lainnya.

Sebut saja, halte di dekat kampus negeri di kota ini. Mungkin halte ini yang masih diperguna secara benar. Duduk menunggu si Orenz atau si Ijo lewat. Kemanapun tujuannya, terminal atau pasar kebon dalem.

Siang itu ternyata hujan lebat. Angin begitu kencang menerpa pepohonan di tepi jalan HR. Bunyamin. Kusempatkan untukku berteduh, sudah ada dua orang mahasiswi yang juga kepayahan dengan hujan ini. Satu berkerudung dan satunya lagi tidak. Kaos ketat yang yang dipakai keduanya nampak sudah membasah. Alamakkk... ~x)

Alih-alih, kucoba untuk mengambil salah satu novelet dari dalam tas. Dago 335 karya Kang Tasaro GK, biasa kisah 5 jomblo. Sudah selang berapa tahun aku tak pernah rampung membacanya. Cerita yang tak jauh dengan kondisi gaya mahasiswa di sini. Sok sibuk dengan ini itu, kegiatan kampus bahkan bisnis.

Tiba-tiba..

"Mas, itu buku boleh lihat nggak?"

"Eh?? mm.. ya boleh, ini."

Kusodorkan buku yang kubaca itu. Ah rupanya si cewe berkerudung ini juga gandrung akan novel.

"Oh ya mas, ini sich cerita tentang apa?"

"Ehmm.." Sejenak kutarik nafas dalam-dalam.

"Maaf dech mbak, saya belum bisa bercerita banyak. Saya aja belum pernah selesai membaca buku ini koq."

"Yawh.. masnya payah laah.. Ada koleksi yang lain lagi nggak?"

"Kebetulan cuma ini yang dibawa."

"Berarti masih punya banyak ya?"

"Nggak juga sich, cuma beberapa saja."

"Ou begitu tho.. hmm..."

Mata si cewe berkerudung itu memandang tepat ke wajahku. Hadoh-hadoh.. koq aku dipandangi kayak gini sich.

"Aku ingat, sekarang.."

"Kenapa mbak?"

"Masnya yang dulu bantuin saya pas di rentalan kan?"

"Hah? Apa iya? nggak ingat lho mbak."

"Iya, yang pas di Media.com itu kan?"

"Ya mungkin ajah, coz kadang saya nongkrong di situ juga sich.."

"BTW, makasih bantuannya dulu yang ngeditin tulisanku itu ya mas.."

"Oh yang itu.. maav ya coz saya nggak ingat dan tidak terlalu memperhatikan."

"Udah dulu ya mas, udah ada angkot nech, mo pulang."

"Ya monggo.."

Perbincangan yang begitu singkat, tanpa tahu siapa dan siapa. Ya sudahlah, tak begitu pentinglah untuk tahu siapa yang sudah kita bantu. Lagipula, menolong kan tidak memerlukan pamrih sesuatupun.

Sayup-sayup terdengar azan berkumandang di tengah deras hujan yang kian mereda. Sudah masuk 'ashar rupanya. Nekat saja kupacu motorku ke masjid kampus, tak jauh.

Minggu, Januari 16, 2011

CERUTU #1 Stasiun Kereta Api

CERUTU -Cerita Ruang Tunggu- #1

STASIUN KERETA API


Hingga pada suatu waktu aku harus menjemput seorang kawan. Memang bukan aku yang harus sedia. Tetapi teman satu kost yang notabene harus menjemput kecapean. Dan tak kuat lagi bila harus menunggu malam begitu larut. Aku pula yang sudah biasa begadang menggantikan.

Rupanya habis melancong dari Jakarta. Biasa, orang penting di kampus, jadi sering berkelana kemana suka. Tentu dengan berbagai misi. Begitu kira-kira orang yang mau kujemput di Stasiun KA Purwokerto.

Sesuai sms, kereta sampai di stasiun jam 2 pagi. Dan sengaja aku datang lebih awal setengah jam. Seperti biasa, malas membayar bea parkir masuk area stasiun, tentu ku pilih lewat jalur pintu keluar. Sesampai di stasiun, segera kuparkirkan motor milik temanku itu. Langsung menuju loby depan stasiun.

Sekali lagi, malas membayar peron masuk. Dan kutunggu saja di sana, lumayan sembari membaca-baca majalah milik si penjual majalah. Tak berapa lama, datang kereta dari Jakarta. Banyak sekali yang turun, adakah seorang yang kujemput itu?

Sang penjaga peron pun beraksi. Ditutupnya pintu masuk peron, dan sedianya bersiap menarik karcis dari penumpang yang turun. Seksama kuperhatikan. Ah, ada sebagian karcis yang ia simpan rapi. Lainnya ia robek.

Selang dirasa usai penumpang turun. Beberapa calon penumpang yang sedari tadi bertengger berjejer disamping kanan peron, kini mendekat ke Pak Petugas. Disodorkannya selembar uang sepuluh ribu. Mereka dapat karcis perjalanan Jakarta-Jogja. Astaga, rupanya demikian mencari 'sripilan rejeki' saat bertugas. Menjual karcis bekas yang masih bisa diteruskan perjalanannya.

Laten, usaha-usaha kotor ternyata banyak peluangnya. Karena itu sobat, biasakanlah menyobek lembaran karcis yang hendak anda serahkan ke petugas penarik karcis di stasiun tujuan anda.