Senin, Maret 08, 2010

Warna Kain Kehidupan

Manusia lahir tanpa membawa apapun, ia bersih dari apapun. Ia belajar banyak dari kehidupannya di dunia. Mencintai, mengasihi sesamanya bahkan dengan makhluk citaan-Nya yang lain. Kadang, manusia tak menyadari betapa ia telah banyak merugi. Ingin menafikkan dunia tapi malah terbalut keserakahan. Malang, yang dikejar justru materi-materi keduniaan.

Maklum,manusia penuh khilaf dan lupa. Ia pernah menjanjikan sumpah setia, hanya bertuhankan Dia. Nyatanya harta dunia jadi sanjungan. Amanah dan jabatan menjadi hal yang diperebutkan. Kiblat ibadahpun telah lama berganti arah. Tak ad lagi niat ikhlas dalam beramal. Kebenaran tiada lagi ditinggikan, yang ada hanya gaung kebohongan.

Memang bukan kuasa manusia yang alan angkat bicara. Tapi setidaknya ada usaha menuju perbaikan. Apa sebenarnya waktu itu cukup, lebih atau kurang? banyak orang terjebak dengan kelengangan waktu yang dipunya. Hanya sedikit yang merasakan bahwa ia kekurangan waktu.

Saat mengejar hal keduniaan, orang ramai-ramai bersepakat "aku kekurangan waktu".

Lain waktu ada orang berteriak hal yang sama. Namun berbeda alasan penggunaan. Ia mencoba menghitungnya. Berapa waktunya untuk bekerja, istirahat, ibadah, belajar, bermain, melakukan aktivitas pertemanan, berapa pula waktu yang tersedia untuk dapat berbuat bajik terhadap sesama.

Saat seperti ini hanya sedikit yang sepakat "aku kekurangan waktu".

Dalam pengembaraan hidupnya, manusia akan terus menorehkan catatan-catatan. Diary yang telah dibuat mungkin sudah berpuluh bahkan berratus buku. Lembar-demi lembar senantiasa habis. Penuh dan sesak kata dan kalimat. Meski kadang masih berbumbu hitungan hitungan yang tak jelas. Jujur atau malah ada hal yang disembunyikan.

Cinta Tangis Ketawa Duka
Semua lebur menjadi satu. Antara kebahagiaan, kesedihan, kepahitan, kemuliaan, kegagalan, kesuksesan semua adalah takdir hidup manusia. Naik-turun dalam roda putar. Manusia ingin selalu terangkat dalam ketenaran dan keberhasilan. Takkkan puas walau telah penuh beribu sanjung. Cela yang sedikit ingin dilumatkan. Tak ingin orang lain mengetahuinya. Selalu berasa sempurna.

Dibalik semua apa yang nampak dipenglihatan, semua semu. Hanya kehampaan yang menjadi awalan dan akhiran. Jadi apa yang sebenarnya dicari?
Bilalah hidup manusia ibarat sebuah kain. Maka kain itu putih polos. Boleh diberi warna apapun, sesuai selera. Merah,kuning, hijau, biru, atau yang lain. Bahkan boleh berpadu warna.

Demi nilai cita rasa seni dan keindahan, kain yang telah berwarna pun masih boleh diberi ragam dan motif hiasan. Asal semua bagus dan indah. Lebih menarik bukan?

Namun sejatinya dari semua cataan yang telah kita goreskan, semakin berasa bila ia berceritera tentang kebangkitan. Pelajaran hidup untuk tumbuh dan berkembang, tidak stagnan. Setelah jatuh, kita akan berusaha tegak berdiri sepayah apapun. Catatan akan terus menghias ilembar-lembar baru.

Berbeda dengan kain yang kita butuhkan. Bukan kain yang mahal. Bukan masalah jumlah koleksi mode. Bukan yang beragam warna dan hiasan. Kita hanya cukup dengan kain kafan putih. Harga relatif sama disemua tempat. Tak perlu ada warna dan hiasan apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar