Jumat, Desember 10, 2010

School Story #4 "Kamen rider Kuuga"

School Story Chapter 4 : Kamen Rider Kuuga


Masihlah sama mentari di pagi hari itu. Hari kamis tepatnya. Sebagaimana kurikulum mata pelajaran SMA maka untuk Bahasa Indonesia dan Biologi adalah lima jam pengajaran. Dan itu berarti pagi itulah tempat bertemunya dua pelajaran tersebut. Kelasku, 1F pada jam pertama Biologi. Sedangkan kelas sebelah, 1G, Bahasa Indonesia.

Malam kamis punya cerita tersendiri. Dimana Bu Yuni, guru Bahasa Indonesia, selalu menunggu drama Jepang favoritnya tayang pada jam sembilan malam. Dan di rumah, aku pun tak jauh beda, wajib menonton Kamen Rider Kuuga pada jam tujuhnya. Tentu pada stasiun televisi yang berbeda.

Layaknya seperti yang sudah-sudah. Pagi itu pun, kami disuruh menulis materi pelajaran Biologi. Tentu saja Okta mengambil peran penulis papan tulis. Sedangkan Sang Guru, Ibu Suparmi, terkantuk-kantuk dan tidur. Sembari menutup mukanya dengan Buku LKS yang lumayan lebar. Selalu begitu.

Sudah hampir setengah jam lebih kami hanya menulis. Begitu tenang dan sepi. Jika kami ramai mungkin akan membangunkan guru kami itu. Bisa saja beliau langsung marah-marah, mungkin karena tidurnya terganggu kali yach, haha. Beliau kan memang terkenal galak. Banyak yang sudah merasakan omelan dan cercaan beliau. Tapi setahuku di kelasku belum ada. Aman-aman saja.

Bosan aku menyalin tulisan di papan ke buku tulisku. Sudah begitu hanya membuat tangan pegal-pegal saja.

Entahlah, mungkin karena cerita Kamen Rider Kuuga yang semalam. Episode saat sang jagoan mendapat satu kekuatan super lagi. Kostumnya berubah warna menjadi hijau, dan bisa mendengar suara jarak jauh. Kocak, ini bukan tipuan, tapi aku pun ikut-ikutan mampu mendengar apa yang sedang terjadi di kelas sebelah.

“Oh ternyata sedang mencocokkan LKS Bahasa Indonesia yang baru dikerjakan”

Tidak begitu menarik. Sejenak aku termenung. Astaga! Aku baru tersadar. Bukankah setelah ini kelas kami juga mata pelajaran itu. Pasti bakalan sama, kami harus mengerjakan LKS dengan waktu setengah jam, dan lima belas menit sisanya untuk dikoreksi. Segera saja kuambil LKS Bahasa Indonesiaku.

Yess, aku sukses mencuri dengar kunci jawaban dari kelas sebelah. Namun sayangnya, aku sudah sedikit terlambat. Yang kudengarkan tidak dari awal soal nomor satu. Tapi lumayanlah, bagi seorang aku yang malas mengerjakan LKS dalam waktu sesingkat itu.

Waktu terus bergulir. Dan saatnya pergantian jadwal pelajaran. Tukeran dengan kelas sebelah. Dan benar saja, pagi itu Bu Yuni tidak langsung bercerita tentang episode Long Vacation semalam. Tapi justru langsung menyuruh kami mengerjakan LKS. Buncah rasa kagetpun pecah, kelas kami kisruh. Hingga akhirnya satu sentingan jari menghentikan kegaduhan “Arep tek Smack Down apa kowe kabeh?”

Dengan santai ku lengakapi jawaban LKS-ku, dan kembali lagi meneruskan catatan Biologi tadi. Mumpung semua tulisan belum dihapus.

“Heh... kowe lagi ngapa? Kon garap LKS koq malah esih nyalin Biologi?”

Celetuk Sugiarto yang keheranan melihat aktivitasku.

“Sante wae Mblung, aku wis rampung kiyeh! Arep nyonto apa?”

“Kenthir, kowe olih skang ndi koh jawabane?”

“Alaah wis meneng bae kowe, nek nyonto olih, ora ya karepmu!”

Dengan rasa ketidakpercayaan, temanku itu akhirnya meneruskan kerjanya. Ia mengambil LKS-ku dan membawanya ke bangku belakang kami, Okta dan Ithuz. Bahkan satu kelaspun. Semua tidak ada yang percaya dengan jawaban di LKS-ku itu. Terabai sudah, sungguh sia-sia.

Hingga tiba saatnya untuk dikoreksi dan mencocokkan jawaban. Kelas masih ribut, belum selesai mengerjakan. Terpaksa sajalah. LKSpun di-rolling, biar tidak ada yang mengkoreksi pekerjaannya sendiri.

Alhasil, setelah semua dinilai. Bu Yuni pun mulai memanggil satu persatu nama kami. Beberapa siswa nomor urut sebelumku rata-rata mendapat nilai tiga atau empat. Dan saat namaku disebut, “delapan” begitu teriak temanku yang mengkoreksi hasil kerjaanku.

“Kenthir!” Sugi sambil menepuk bahuku.

“Apa ku bilang?” kekehku.

Berurutan nama-nama temanku disebut dan masih saja dengan nilai tiga danempat. Tragis. Temanku Sugi pun masih sedikit beruntung. Karena ia nyontek sedikit dari LKS-ku. Ia dapat nilai enam. Syukurlah masih selamat.

Suasana kelaspun semakin tambah kacau balau. Heboh dengan nilai-nilai yang mereka dapatkan. Aku hanya cengar-cengir menertawakan mereka yang tidak mau mencontek jawaban di LKS-ku. Hahaha...

“Koq bisa gitu yach?”

2 komentar: